Ilmu 012

Akhi (atau ukhti sih?) Meiril menanyakan soal hadits Nabi SAW

yg saya kutip, yg bunyinya kurang lebih:


"Bagi seorang Muslim, hari sekarang hendaknya lebih baik dari

hari kemaren, dan hari besok lebih baik dari hari sekarang.

Barangsiapa yg hari sekarangnya lebih jelek atau sama dgn

hari kemaren, atau hari besoknya lebih jelek atau sama dgn

hari sekarang, maka dia termasuk orang2 yg merugi"


Wah....terima kasih akhi Meiril, memang sepertinya saya harus

ngecek ulang. Somehow, seingat saya yg saya kutip itu dari

hadits Nabi SAW (bahkan saya masih yakin bhw itu adalah hadits

Nabi SAW). Tapi biarlah sampai saya temukan referensinya, saya

cabut dulu pernyataan saya bhw itu adalah hadits Nabi SAW.

Saya sudah mencoba mencari2nya, memang belum ketemu (maklum

daftar buku yg 'readily available' yg saya punya cukup terbatas).


Tapi....salah seorang akhi memberikan informasinya kepada saya,

bhw ada hadits lain yg maknanya kurang lebih saya (redaksi kata2nya

memang agak lain). Hadits tsb. diriwayatkan oleh Dailami, yg

dalam buku Training Guide for Islamic Worker-nya Hisham At-Thalib,

dituliskan (terjemahan bhs. Inggrisnya) sbb:


"Those whose 2 days are equal in accomplishments are sure losers"

Assalamualaikum wrt wbt


May ALLAH help us always...




Wassalam


HambaNya


Su




Itu saja dulu akhi Meiril, semoga bermanfaat.


Wassalam. w. w


LAMPIRAN TERAKHIR OLEH-OLEH TAMRIN UMUM MISG ???

H0A8732@ACS.TAMU.EDU

Sat, 18 Mar 1995 11:26:03 -0600 (CST)

Messages sorted by: [ date ][ thread ][ subject ][ author ]

Next message: Komite Tarbiyah Isnet: "*** Tarbiyah (2): Sabtu 16 Syawal 1415 H (18Mar95) ***"

Next message: Radius X Ardanias: "w/a/n/i/t/a"

Next message: Laurel Heydir: "ECOTOURISM"

Previous message: : ""

Next in thread: purwoko: "Re: LAMPIRAN TERAKHIR OLEH-OLEH TAMRIN UMUM MISG ???"

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM

Assalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh,

Alhamdulillaahi Robbal'aalamiin, washolatu wassalamu'ala

Rasulillah, wa'ala alihi washobihi wa mal wala. Amma ba'du.


InsyaAllah kali ini akan saya lanjutkan oleh-oleh saya

dari Tamrin Umum MISG Zone 5 di Stillwater, Oklahoma akhir pekan

yang lalu. Bagian ini merupakan sambungan dari hasil rangkuman

saya terhadap isi ceramah pak Ustadz Mukhlis Abdi. Mohon maaf

kalau ada yang salah atau kurang lengkap dengan hasil rangkuman

saya ini. Saya persilakan ikhwan atau akhwat yang juga mengikuti

acara tersebut untuk menambahkan atau melengkapinya.

Jazakumullaahu khoir sebelumnya.


Semoga apa yang akan saya sampaikan nanti bisa bermanfaat

bagi kita semua. Amiin yaa Robbal'aalamiin.

Wassalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh,

akhwatfillah,

hanies.

HASIL RANGKUMAN CERAMAH USTADZ MUKHLIS ABDI

(bagian pertama)


Berdasarkan firman Allah SWT dalam Surah al Baqarah ayat 200

sampai 202, maka ada dua pembagian manusia menurut pandangan hidupnya :

1. manusia yang hanya berpandangan hidup duniawi, tanpa pernah memikir-

kan akhiratnya (naudzubillaahi min dzaalik),

2. manusia yang berpandangan hidup duniawi juga ukrawi (memikirkan

akhiratnya juga).


Dalam ayat-ayat itu Allah SWT berfirman : "...Di antara manusia

itu ada yang mengucapkan : Wahai Tuhan kami ! Berilah kami kebaikan di

dunia ini. Dan orang itu tidak lagi mempunyai bagian di hari akhirat.

Dan di antara mereka ada yang mengucapkan : Wahai Tuhan kami ! Berilah

kami kebaikan di dunia ini dan kebaikan pula di hari akhirat dan peliha-

ralah kami dari azab neraka ! Orang-orang ini akan memperoleh bagian dari

apa yang diusahakannya dan Allah itu cepat membuat perhitungan."


Jadi, menurut Islam, keduanya itu hendaklah tidak terpisah. Masing-

masing hendaknya meliputi yang lain. Jangan hanya memikirkan kehidupan di

dunia saja, tanpa memikirkan kehidupan di akhirat sama sekali bahkan ada

yang sampai tidak percaya dengan adanya kehidupan di akhirat nantinya. Dan

sebaliknya, jangan hanya memikirkan kehidupan akhirat saja sehingga melupa-

kan kehidupan dan urusan dunianya, seperti makan, minum, atau menikah. Bu-

kankah Uswatun Hasanah ummat Islam, Rasulullah SAW, telah memberikan contoh

bagaimana beliau juga tidak hanya berdiam diri beribadah di masjid atau

mengasingkan diri dari masyarakat untuk terus menghadap Allah, tapi beliau

juga ikut memikirkan urusan dunia. Beliau juga menikah, bergaul dengan

masyarakat baik yang Muslim maupun non Muslim, memimpin pasukan dalam pe-

perangan dan sebagainya. Karena itulah, di antara keduanya hendaklah ter-

jaga keseimbangan seperti yang telah diatur di dalam Islam.


Walaupun begitu, hendaklah diingat bahwa perbandingan kehidupan

di dunia dan di akhirat itu sangat jauh sekali. Ada satu hadits yang di-

kemukakan oleh Ustadz mengenai hal itu. Tapi sayang saya kurang jelas

siapa perawinya. Hadits itu menerangkan sabda Rasulullah SAW bahwa kehi-

dupan dunia itu ibarat tetesan air laut yang menempel di tangan yang baru

saja dicelupkan ke laut, sedangkan kehidupan akhirat itu adalah seluruh

air laut yang luas terbentang itu.


Lebih lanjut Ustadz Mukhlis menerangkan bahwa berbeda dengan

pandangan agama-agama lain, maka menurut pandangan Islam setiap pekerjaan

manusia di dunia, apa pun juga jenis pekerjaan itu, hanya ada dua konse-

kuensinya yaitu pahala atau dosa. Walau sekecil apa pun pekerjaan yang

dilakukan semuanya akan dinilai, walaupun itu sekecil atom atau yang lebih

kecil dari itu deh. Bukankah hal ini telah ditegaskan Allah SWT dalam surah

Az-Zilzal ayat 7 dan 8. Silakan dibuka sendiri deh :-)


Setiap pekerjaan, apa pun juga jenis dan seberapa pun juga besarrnya,

insyaAllah akan dianggap amal shalih apabila :

1. dikerjakan dengan niat karena Allah (lillah) yang artinya adalah bmenda-

sarkan pekerjaan itu karena Allah SWT semata,

2. dikerjakan dengan aturan dan cara yang telah ditetapkan Allah (billahh),

3. dikerjakan hanya karena ingin mendapat ridho Allah (ilallah).

Tanpa ketiganya, bisa-bisa pekerjaan yang kita lakukan akan sia-sia bellaka.

Dan mengenai hal ini, bisa dilihat dalam ayat-ayat Al Qur'an, bagaimana

Allah SWT telah mengibaratkan pekerjaan atau perbuatan baik orang-orang

yang tidak beriman itu bagaikan debu yang diterbangkan oleh angin. Keimaanan

kepada Allah SWT lah yang harus menjadi dasar dalam mengerjakan segsuatu.


Ustadz juga memberikan ciri-ciri orang yang baik pola pikirnya ,

yaitu :

1. mengetahui tujuan hidupnya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

Adz-Dzariyat,

2. menyadari sepenuhnya bahwa dunia ini bukan segala-galanya,

3. mengetahui bahwa masih ada kehidupan di akhirat yang kekal abadi,

4. mengetahui hakekat Islam

- ada 3 cara dalam mencari kebenaran yaitu : ilmu, filsafat,

dan wahyu ; tapi masih banyak yang belum bisa memyakini

kebenaran yang berasal dari wahyu sebagaimana yang telah

ditunjukkan oleh para ahli kitab dan sebagian Muslim.

- mengenai hakekat Islam ini, maka ada 3 standar pokok yang harrus

diketahui oleh setiap Muslim yang disebut Ushul Tsalatsah :

1) Allah 2) Rasul 3) Islam

- mengetahui bahwa hal-hal yang berkaitan dengan aqeedah (keya-

kinan akan ke-Esa-an Allah SWT) tidak boleh hanya ikut-ikutan,

tapi harus benar-benar diyakini oleh diri/hatinya sendiri.

Demikian juga keyakinan akan Nabi dan Rasul-Nya dari yang per-

tama (Adam a.s.) sampai yang terakhir (Muhammad SAW).

- mengetahui bahwa untuk hal-hal yang berkaitan dengan tata cara

beribadah (atau soal fiqh yang lain) masih dimungkinkan adanya

perbedaan yang tidak boleh sampai dibesar-besarkan yang bisa

memecah belah ukhuwah Islamiyah di antara ummat Islam, karena

persamaan aqeedah itulah yang harus tetap dipertimbangkan duluu.


5. Mengetahui hakekat Jahiliyah, yaitu bahwa segala sesuatu yang berten-

tangan dengan aturan Islam berarti merupakan hal yang jahiliyyah.






*****************************************************************

HASIL RANGKUMAN CERAMAH USTADZ MUKHLIS ABDI DI STILLWATER

(bagian 2)


Ustadz Mukhlis mengingatkan bahwa Da'wah itu adalah kewajiban

bagi setiap Muslim. Beramar ma'ruf dan bernahi munkar haruslah tetap

dilaksanakan oleh setiap orang yang mengaku telah menjadi orang Islam.

Tapi menurut beliau, da'wah itu tidak cukup hanya menyampaikan saja,

harus ada tindakan yang diambil selanjutnya agar hasil da'wah tersebut

bisa optimal seperti yang diharapkan. Da'wah tidak hanya sekedar me-

nyampaikan lalu membiarkan mad'u (yang diberi da'wah) mengolah apa yang

sudah didengarnya itu, karena lebih kurang cuma sekitar 30 % saja yang

akan bisa tertangkap dari hasil ceramah tersebut. Jadi untuk itulah,

diperlukan tindakan yang lebih mendalam lagi untuk melengkapinya.


Beliau menerangkan bahwa ada tiga tahapan dalam berda'wah :

1. Tabligh ---> menyampaikan misalnya dengan khutbah atau ceramah,

2. Taklim ---> ajar-mengajar misalnya dengan berdiskusi dan tanya jawab

secara aktif seperti seorang guru yang sedang menerangkan

jawaban atas pertanyaan dari muridnya dengan menggunakan

berbagai alat bantu untuk lebih memperjelas keterangannya,

3. Takwin ---> pelatihan dan pengontrolan, yaitu pembinaan yang lebih

mendalam lagi akan perkembangan mad'unya dalam menerapkan

pengetahuan yang sudah diterimanya.


Beliau juga mengingatkan bahwa ummat Islam itu hendaklah selalu

berjama'ah dan bersatu dalam mengerjakan sesuatu. Banyak perintah Allah

SWT agar Muslim itu berjama'ah, baik dalam perintah dalam sholat, zakat,

maupun dalam amalan yang lain. [Afwan saya tidak mencatat beberapa contoh

ayat dalam Al Qur'an yang mengandung kata-kata yang Beliau berikan untuk

menunjukkan perintah berjama'ah dalam hal-hal ibadah itu, afwan].


Beliau juga menyinggung soal Ghazwul Fikr (perang pemikiran) yang

dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Perang pemikiran yang dilancarkan itu

sebenarnya tidak hanya bertujuan untuk membuat orang pindah agama, keluar

dari Islam, tapi juga untuk membentuk Muslim dengan kualitas rendah. Oleh

karena itulah kita, ummat Islam seluruhnya, harus berhati-hati dan tetap

harus berusaha untuk meningkatkan kualitas ke-Islaman kita dan terutama

keimanan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena yang membedakan kita

dengan penganut agama lain adalah AQEEDAH atau ketauhidan kita kepada Allah

SWT. Ada satu batas yang memisahkan antara orang Islam dengan orang kafir,

yaitu dua Kalimah Syahadat.


Walaupun terkadang keimanan kita mengalami penurunan, dan ini

tidak bisa kita ingkari karena memang sudah menjadi fithrahnya keimanan

yang naik turun, tapi penurunan itu tidak akan sampai ke sisi di mana

orang kafir berada. Lebih jelasnya, silakan simak bagan berikut :

S

Y

ORANG BERIMAN A ORANG KAFIR

DALAM TINGKAT --------------> H -------------> DALAM TINGKAT

IMAN PALING <-------------- A <------------- KEKAFIRAN PALING

TINGGI D TINGGI

A

H


Jadi walaupun keimanan seorang Muslim begitu jauh turunnya, tapi masih

ada batas yang menghalangi dia boleh disebut kafir. Dan diharapkan keimanan

itu akan naik lagi untuk masa berikutnya. Janganlah kita terlalu mudah un-

tuk melabel orang sudah kafir karena selama dia masih percaya akan ke-Esaan

Allah SWT dan Rasul-Nya yang dia wujudkan dalam kalimah Syahadah itu, maka

dia masih tergolong dalam orang Muslim yang haram darah dan kehormatannya

bagi Muslim yang lain.


Beliau memberi salah satu contoh hadits di mana dalam suatu pepe-

rangan ada salah satu sahabat Nabi SAW yang tetap membunuh seorang musuh,

walaupun sebelum dibunuh itu dia mengucapkan kalimah Syahadah. Nabi SAW

menjadi marah setelah mendapat laporan tentang itu dan sahabat itu pun

menjadi menyesal bukan kepalang. [afwan, apa ada yang bisa menyajikan

hadits yang lengkap tentang itu ? please ]


Ustadz juga menerangkan mengenai tiga macam Tauhid, yaitu :

1. Tauhid Rububiyah ---> keyakinan bahwa hanya Allah SWT yang mencipta,

memiliki dan yang memberikan rezki.

2. Tauhid Mulkiyah ---> keyakinan bahwa hanya Allah SWT yang menguasai

kerajaan langit dan bumi beserta isinya dan

3. Tauhid Uluhiyah ---> keyakinan bahwa hanya Allah SWT yang harus kita

patuhi perintah-perintah-Nya.


Beliau juga mengingatkan bahwa apabila kita sudah mengaku sebagai

orang Islam (Muslim), maka konsekuensinya adalah kita harus :

1. Meng-Islamkan aqeedah

---> beraqeedah sesuai dengan hakekat Islam yang telah diajarkan

Rasulullah SAW yang beliau dapatkan dari Allah SWT.


2. Meng-Islamkan ibadah

---> bahwa ibadah di sini tidak hanya yang terdapat dalam kelima

rukun Islam itu saja, tapi juga ibadah-ibadah lainnya.

Bangunan Islam itu ada terdiri dari :

- pondasi = aqeedah, keyakinan akan ke-Esaan Allah SWT dan bahwa

Rasulullah SAW adalah utusan-Nya yang terakhir,

- tiang = ada 5 tiang yang kelima rukun Islam

- atap, dinding dan lainnya = ibadah-ibadah lainnya seperti

akhlaq dan lain-lain.


3. Meng-Islamkan akhlaq dengan standar dari Allah SWT.

---> akhlaq yang dimaksud ini tidak sama dengan etika atau moral,

misalnya akhlaq dalam berpakaian, standar dari Allah SWT

adalah dengan menutup aurat seluruhnya baik bagi pria maupun

bagi wanita dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT;

sedangkan kalau menurut etika/moral standar manusia mungkin

hanya cukup menutup bagian-bagian vital sedang yang lain

masih mereka bolehkan untuk terbuka seperti di Barat ini.


4. Meng-Islamkan keluarga

---> kewajiban bagi setiap Muslim untuk menjaga diri dan keluarga-

nya dari api neraka.

Tahapan pembinaan kepribadian Muslim : pembinaan pribadi Muslim itu

secara individu, kemudian pembinaan rumah tangga yang Islami, lalu

pembinaan masyarakat Islami dan seterusnya sampai Daulah Islamiyah.


5. Mau diatur oleh Allah SWT, ikhlas mematuhi segala perintah-Nya.

6. Mau terlibat dalam pergerakan Islam, yaitu berkomitmen tinggi dalam

berda'wah dan mempunyai keyakinan bahwa masa depan yang lebih baik

akan bisa dicapai dengan Islam.


Sebagai tambahan, Ustadz juga menerangkan tentang fungsi dari

rumah tangga Muslim :

1. Sebagai masjid ---> sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT,

2. Sebagai madrasah ---> tempat mengajar dan mencontohkan dalam pengamalan

ajaran-ajaran Islam,

3. Sebagai rumah sakit ---> tempat menyembuhkan penyakit, terutama penyakit

hati anggota-anggota keluarganya,

4. Sebagai benteng ---> tempat berlindung dari pengaruh-pengaruh luar atau

lingkungan yang tidak baik,

5. ??? [ada yang bisa nambahkan ? saya ketinggalan fungsi yang kelima ini,

afwan lagi :-( ]



(TAMMAT)

========

ALHAMDULILLAAHI ROBBAL'AALAMIIN