Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
QS. Al Mu'minuun 1-2 : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.
Saudaraku....
Pemandangan orang shalat dengan menggunakan alas sajadah yang bergambar
seperti gambar Ka'bah, masjid, pilar masjid, motif bunga dll, sudah tidak
asing lagi bagi kita, sebab hampir setiap hari kita melihatnya, apakah itu
di mushalla, masjid atau ditanah lapang pada saat shalat jum'at/'ied. Dan
banyak juga dimushalla / masjid digelar pada shaf-shaf terdepan. Hal itu
seolah-olah sudah "mentradisi" di masyarakat kita.
Tapi tahu / sadarkah Saudaraku.....hukumnya ? dampaknya ?
Hal / tindakan itu MAKRUH hukumnya, karena dapat merusak konsentrasi kita
dalam shalat hingga menyebabkan kurang khusyu'nya shalat.
Mungkin ada orang yang berangggapan bahwa gambar-gambar itu islami
(ka'bah/masjid), atau dengan dalih keindahan sebab Dia suka keindahan, namun
apalah artinya keindahan itu semua, kalau shalat kita menjadi kurang khusyu'
karenanya. Atau ada juga yang salah mengatasinya apabila ia shalat
dimushalla shaf terdepan yang digelar sajadah bergambar tersebut dengan
memejamkan mata, padahal hal itu (memejamkan mata) pada saat shalat tidak
boleh.
Berikut dalil - dalil yang saya ambil dari kitab karya Abu Ubaidah Masyhurah
ibn Hasan ibn Mahmud ibn Salman, Terbitan Daar Ibnu al Qayyim yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ;
Dari 'Aisyah ra., berkata : "Rasulullah SAW shalat menggunakan khamishah
(jenis pakaian dari bulu) yang ada gambarnya. Setelah selesai mengerjakan
shalat beliau bersabda: "Bawalah khamishah ini kepada Abu Jahm ibn
Hudzaifah. Dan bawakan kepadaku anbijaniah (jenis baju tebal dan kasar)
(Baju tebal yang tidak ada gambarnya, berbeda dengan khamishah yang
dikembalikan oleh beliau). Karena sesungguhnya khamishah telah mengganggu
konsentrasiku di dalam shalat tadi." (HR. Bukhari, Muslim, al Nasaa'I, Ibnu
Majah, Malik, Abu 'Uwanah & al Baihaqi)
Al Shan'ani berkata: "Hadits tersebut merupakan dalil bahwa segala sesuatu
yang dapat merusak konsentrasi dalam shalat dan juga bisa memalingkan
konsentrasi hati baik berupa ukiran atau benda lainnya adalah makruh
hukumnya." (Subul al Salaam (I/151))
Al 'Izz ibn Abd al Salam berkata: "Makruh hukumnya shalat diatas sajadah
yang dihias dengan indah. Karena shalat harus dikerjakan dengan rendah hati
dan tenang. Bukankah orang-orang yang berada di masjid Mekah dan Madinah
shalat diatas tanah, pasir dan kerikil karena rasa tawadhu' (merendahkan
diri) kepada Allah."
Inti permasalahan terletak pada rasa hormat kepada kepada Allah SWT dan
merusak konsentrasi hingga menyebabkan kurang khusyu'nya shalat. Berdasarkan
pada inti permasalahan itulah para ulama fiqih menetapkan hukum makruh untuk
shalat diatas sajadah yang ada gambarnya. (Kasysyaaf al Qanaa' (I/325),
Badaa'I al Shanaa'I' (I/337) dan al Fataawaa al Hindiyah (I/107). Bahkan
sebagian ulama menegaskan bahwa makruh memakai sajadah yang ada gambarnya
sekalipun diinjak. (al Inshaaf (I/474) dan Kasysyaaf al Qanaa' (I/325).
Kalau Saudara/iku masih ragu atau kurang yakin ....
Cobalah Saudara/i bandingkan sendiri shalat diatas sajadah bergambar dengan
shalat diatas sajadah yang polos (tidak bergambar), konsentrasi mana ?
sedangkan Rasulullah SAW sendiri pernah melakukannya (hadits diatas).
Kalau dirumah kita masih ada sajadah yang bergambar, mungkin tinggal
dijahit/ditutupi saja dengan kain polos. Dan untuk mushalla/masjid yang
mempunyai sajadah panjang bergambar tinggal ditutupi saja dengan kain
panjang polos seperti yang telah dilakukan oleh beberapa pengurus DKM dengan
tanpa mengurangi rasa terima kasih kepada mereka yang telah mewaqafkan
sajadah tersebut.
Wallaahu a'lam.
Wassalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Soleh
Mulai kita bayi, kita berkomunikasi dengan tawa dan tangis,
Tawa pabila senang, pabila kenyang,
Tangis pabila sedih, pabila haus/lapar....
Lalu,
Bagaimana bisa ibu kita membedakan isyarat tangis kita ?
Oo tangis yang ini, karena sibayi pipis.
Oo..tangis yang ini karena si bayi ngantuk..
Oo..tangis yang ini karena si bayi ingin menyusu...
Kemudian, ibu dan Bapak mengajari kita untuk berbicara,
Menyimpan kata demi kata di dalam akal pikir kita,
Begitu kita sekolah, mulailah mengenal bahasa Tulisan,
belajar membaca dan belajar menulis
Kemudian terus berlanjut dan terus berlanjut,
Kosakata kita semakin bertambah, kemampuan kitapun semakin bertambah.
Tetapi mayoritas tidak meningkatkan diri di dalam kemampuan berkomunikasi,
Mulai pula kita belajar menggunakan akal pikir kita,
Bagaimana cara berpikir,
Cara menyelesaikan suatu masalah,
Cara bagaimana memahami suatu masalah.
Yang kemudian membentuk pola pikir kita masing-masing.
Di kehidupan real,
kemampuan komunikasi yang sudah kita dapatkan itu diuji,
Berkomunikasi dengan orang lain,
Adu argumen, diskusi, debat, dialog,
Dengan teman, dengan guru,
atau dengan orang-orang lain yang bertemu dengan kita,
Tetapi kita tidak pernah menyadari akan kehebatan ilmu Komunikasi
Dan disitulah, kemudian kita jumpai serpihan-serpihan bingkai,
Dari puzle-puzle ilmu komunikasi,
Maka ketika engkau menyebut John Robert Power,
Aku katakan, itu potongan puzle dari bingkai yang mulai tersusun,
Ketika engkau menyebut Theatre,
Aku katakan, itu potongan puzle dari bingkai yang mulai tertata,
Ketika engkau menyebut Leadership training,
Aku katakan itu adalah potongan puzle yang bingkainya mulai tampak jelas
Ketika engkau menyebut Asia Work,
Aku katakan, itu hanyalah potongan puzle dari bingkai komunikasi alam,
Ketika engkau menyebut resep Dale Carnaige,
Aku katakan, itu hanyalah potongan puzle dari bingkai komunikasi alam semesta,
Ketika engkau menyebut Psikologi Komunikasi,
Aku katakan, itu hanyalah potongan puzle dari bingkai komunikasi Kalam ilahi,
Ketika engkau menyebut debat, diskusi, dialog,
Mempengaruhi orang, mencari kawan,
Beradu argumen, beradu kebenaran, beradu dalil,
Aku katakan, itu hanyalah potongan-potongan dari puzle Kalam Tuhan.
Ketika sebagian ilmu ini dikuasai oleh mereka,
Maka kebenaran tidak lagi dinilai dari kebenaran,
Melainkan dinilai dari kepandaian seseorang berbicara.
Jaman itu dinamakan jaman Sophistic.
Tidak beda ketika seorang lulusan Harvard menjadi pengacara,
Yang benar bisa jadi salah, yang salah bisa jadi benar.
Kemudian, jaman itu ditumbangkan oleh Socrates,
Sang ahli ilmu Dialog,
Maka ketika sang penghulu para Nabi sudah lahir didunia,
Jelaslah sudah, sempurnalah sudah ilmu ini turun pada manusia,
Tak perlu berkata,
Cukup telapak tangan ditempelkan ke dada,
Maka berubahlah pengertian seseorang,
Berubahlah perasaan seseorang,
Dari benci, menjadi cinta.
Bingkai rahasia sudah tersempurnakan,
Bingkai Kalam ilahi sudah jelas semua,
Tinggal sedikit demi sedikit,
aku kumpulkan potongan puzle yang terserak ,
Dan sedikit demi sedikit, kutata dan kuatur potongan puzle komunikasi yang tersebar di alam raya semesta ini,
Kukumpulkan, kucari pasangannya, dan kemudian kutemukan,
Potongan-potongan puzle yang campur aduk di sosial manusia.
Maka,
Setelah sekian puluh tahun ilmu ini kusimpan,
Setelah sekian ribu tahun belum ada yang menata potongan puzle ini menjadi sebuah gambaran hidup,
Dengan ijin Tuhan,
Sedikit demi sedikit,
Akan kusampaikan masalah "rahasia ilmu komunikasi" ini,
Pada siapa saja yang berminat,
Secara teori global,
Akan kusampaikan disini,
Secara teori mendetail,
Akan kuajarkan ketika praktek dan pelatihannya sudah dimulai.
Pelatihan akan dibagi dalam beberapa tahap,
Tahap yang umum, akan disampaikan pada siapa saja yang memang berminat,
Tahap berikutnya, akan melalui saringan-saringan yang ketat,
Tahap selanjutnya, akan disampaikan bagi siapa saja yang berniat ikhlas untuk kebaikan.
Dan selain itu, potongan puzle yang membentuk gambar,
Akan disampaikan tersendiri sesuai gambarnya masing-masing,
Pada bidangnya masing-masing,
Bagi para pekerja ada sendiri,
Bagi para middle manager ada sendiri,
Bagi top manager ada sendiri,
Bagi para pendakwah ada sendiri,
Bagi pria bujang ada sendiri,
Bagi lelaki beristri ada sendiri,
Dan masih banyak lagi gambar-gambar di dalam bingkai puzzle kalam ilahi.
CUKUPLAH HANYA DENGAN KOMUNIKASI
Baik Komunikasi pada Tuhan,
Atau komunikasi pada sesama manusia.
Moga-moga, saya diberi kekuatan, bantuan, dan pertolongan dari Tuhan untuk menyampaikan ilmu ini,
Dan tiada lain yang saya harapkan kecuali semoga ilmu ini menjadi ilmu yang bermanfaat, dan mendapatkan ridhoNya.
Salam
huttaqi
Tiga golongan manusia yang sulit menerima kebenaran,
1. Golongan dari Sebagian manusia yang merasa bahwa ilmu yang dimilikinya sudah cukup,
Tak ada istilah bagi orang tersebut, "di atas langit masih ada langit lagi".
Ibarat sebuah gelas,
Bagaimana dapat diisi bila gelasnya ada tutupnya??
2. Sebagian manusia merasa ingin belajar, berminat dan ingin mendalami,
Tapi tidak ada kesungguhan di dalam dirinya,
Ibarat gelas yang bocor,
Berapa banyak dituang anggur pengetahuanpun,
Takkan ada manfaatnya ilmu ini dipelajari,
Dituang dari atas, keluar dari bawah,
Diterima oleh telinga kiri, keluar telinga kanan.
3. Golongan manusia yang mengkotak diri sendiri,
memenjarakan diri sendiri,
dengan menganggap bahwa cukuplah ilmu dari golonganku saja,
Maka sulitlah ia untuk dapat menyerap kebenaran dari alam raya semesta.
Sulitlah ia mengambil pelajaran dari orang lain,
sulitlah ia mengambil pelajaran dari golongan lain,
sulitlah ia mencerap kebenaran yang tidak datang dari golongan mereka sendiri.
"Alloh tidak berbuat sesuatu yang sia-sia".
Dan sayapun tidak mau melakukan sesuatu yang sia-sia.
Maka,
Prolog masalah "Universal Communication", akan saya batasi hanya sampai ke 12,
Setelah itu, akan saya sampaikan hanya bagi yang mau menerima tambahan ilmu,
Dan hanya bagi yang mau bersungguh-sungguh didalam mengerjakannnya.
huttaqi
Manusia diciptakan, dilengkapi dengan 3 hal pokok,
PRIKSA, KARSA, DAN RASA.
Atau di dalam bahasa Indonesia,
PIKIR, KEHENDAK, DAN RASA.
Ketiga hal itu diikat oleh AGAMA.
Ikatan di dalam bahasa arab adalah AQLI atau AKAL.
Maka bisa saya katakan,
Ada AKAL PIKIR,
Ada AKAL KEHENDAK,
Ada AKAL RASA.
Semua itu, ketiga hal itu adalah alatnya hati / alatnya bathin.
Ketiga hal itu, memiliki alat atau sarana, yaitu OTAK,
Yang setelah diterima oleh otak,
Maka akan diterjemahkan dalam bentuk action, melalui panca indra dan akan menjadi bahasa-bahasa yang sudah kita kenal selama ini.
Ibarat AKAL (Pikir, Karsa, Rasa) adalah mataharinya,
Maka Otak adalah Bulannya,
Dia mendapatkan limpahan cahaya dari matahari.
Dan sifat-sifat bawaan dari pancaindra,
Seperti sifat mendengar, melihat, membaui, dll, adalah bintang-bintangnya,
Dan telinga, mata, dll, hanyalah sarana,
Kemudian jadilah bahasa-bahasa,
Atau jadilah tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan di alam semesta ini.
Karena Ketiga hal yang dimiliki oleh manusia itu baik PRIKSA, KARSA, RASA di AQLI oleh AGAMA,
Maka AQLI adalah agama, dan agama adalah AQLI.
Tidak ada yang bertentangan antara Agama dengan Akal.
Masalah Keterangan Praktek dari AKAL ini, sudah pernah saya ajarkan kesebagian orang di milist ini, yaitu melalui "MI'ROJ OF AQLI", yang saya bagi menjadi tiga bagian,
"Mi'roj of Mind", "Mi'roj of Desire", "Mi'roj of Sense".
Yang kesemuanya yang saya sampaikan, barulah tahap belajar Komunikasi dari AKAL yang awal.
Moga-moga saya diberi pertolongan oleh Alloh di dalam penyampaian ilmu ini, agar sesuai dengan yang dikehendakiNya.
Salam
Maka sedikit kukupas bagian yang paling luar dari masalah Komunikasi,
Yaitu bayangan ke III atau pelaksanaan dari Panca indra,
1.. Bahasa Verbal, baik lisan maupun tulisan.
2.. Bahasa non verbal, ini terdiri dari :
Bahasa isyarat yang jelas, yang samar dan yang rahasia.
3.. Bahasa Rasa, yang sudah saya contohkan, mengapa ibu bisa mengerti kehendak si bayinya, padahal bahsa bayi hanyalah bahasa isyarat yang tampak, hanya tawa dan tangis.
Sebagian ilmuwan dibidang ini, sudah menyelidiki, rahasia-rahasia tulisan.
Yang ternyata, dari tulisan saja, dari tandatangan, dari goresan, orang dapat membaca karakter dari si penulisnya,
Sifat-sifat penulis dapat diketahui,
Kehendak penulis dapat diketahui,
Rasa penulis dapat diketahui.
Di sini kita mengenal 3 macam makna dari sebuah tulisan.
1.. Yang tersurat, apa yang dikehendaki, apa yang dipikirkan, apa yang dirasa, sama dengan yang tersurat.
2.. Yang tersirat, apabila apa yang tertulis, ternyata tidak mewakili apa yang dimaksud sebenarnya.
3.. Yang tersuruk, apabila apa yangtersirat dan apa yang dimaksud, tidak mewakili rasa hati dari si penulis.
Anda mungkin tertawa mendengar penjelasan saya, ah.kok aneh..aneh saja.
Kakak kandung saya, merupakan seseorang yang ahli di dalam membaca rasa sipenulis.
Dia seringkali, seandainya membaca sebuah surat yang ditujukan kepadanya, dia membaca sekilas apa yang tersurat, dan kemudian menganalisa maksudnya, kemudian biasanya berkata kepada saya (waktu itu saya masih duduk di bangku SD, tidak seberapa memahami),
"Kamu tahu, si penulis menulis surat ini ketika situasi hatinya bagaimana ??"
Surat kubaca, aku dapat mengerti isi tulisan yang tersurat saja, kemudian aku menggelengkan kepala."Aku tidak tahu", kataku.
Kemudian kakakku berkata,
"Dia sedang dilanda masalah, hatinya gundah, dan berharap aku menghubungi dia segera".
Kubaca sekali lagi surat itu,
Tidak ada kalimat yang tertulis yang menyiratkan apa yang disampaikan oleh kakaku tersebut,
Isi suratnya malahan menampilkan kegembiraan, dan sekedar basa-basi lainnya, yang tak ada sekilaspun tertulis maupun tersirat, seperti apa yang dikatakan oleh kakakku tadi.
"Dia sedang dilanda masalah, hatinya gundah, dan berharap aku menghubungi dia segera".
Kemudian kakakku membalas surat tersebut dengan pos kilat yang paling cepat, dan langsung to the point ditanyakan olehnya, "ada masalah apa", "kenapa khok gundah",
Di surat yang kedua, barulah dia menceritakan semua permasalahannya, aku hanya ditunjukkan sekilas saja oleh kakaku,"lihatlah apa yang kemarin aku katakan kepadamu",
Katanya sambil tersenyum .
Satu waktu, pernah salah seorang guru ruhaniku dimintai bantuan oleh seseorang.
Dia bercerita,"Anu pak, saya barusan dapat surat dari saudara saya yang di Belanda", dan surat itu ditunjukkan pada guruku,
Bathinku waktu itu meragukan, "masak si guru ini bisa baca bahasa belanda ?"
Tiba-tiba guruku berkata memecah keheningan,"Lho lha ini maksudnya khan sampeyan ditunggu di belanda oleh saudara sampeyan ?"
Si orang tersebut tersenyum,"memang iya, justru itulah, saya mau mohon restu ke bapak, agar perjalanan saya lancar".
Saya sempat terhenyak, ternyata surat berbahasa Belanda itu tidak dibaca yang tersuratnya, melainkan dibaca MAKSUD dari si penulisnya.
Maka sudah umum pula kita ketahui, bahwa agar sipenerima surat/tulisan kita dapat benar-benar menangkap maksud kita, perlulah dilakukan pelatihan awal di dalam mebuat surat, dengan kata-kata yang efisien dan dengan kata-kata yang dapat mewakili maksud, dan dengan kata-kata yang tepat, agar apa yang mau kita sampaikan dapat dimengerti dengan mudah oleh si penerima.
Salam
huttaqi
Tiap-tiap manusia, pastilah memiliki ketiga hal di atas,
Yaitu Priksa, Karsa dan Rasa.
Tetapi hampir tidak ada manusia yang ketiga-tiganya menonjol dan terkuasai dengan baik,
Maka kita lihat,
Seandainya seseorang Priksanya atau AKAL PIKIRnya hebat, menonjol, jadilah ilmuwan-ilmuwan dibidangnya masing-masing, seperti Newton, Einstein, Hawkling, Marie Currie, Adam Smith, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh di dalam masalah AKAL PIKIR.
Seandainya seseorang menonjol atau hebat di dalam masalah KARSA atau KEHENDAKnya, maka jadilah seorang tokoh dunia di bidang lainnya science,
Seperti Hitler, Sukarno, Churchill, John F. Kennedy, dll.
Seandainya seseorang menonjol atau hebat di dalam AKAL RASAnya, maka jadilah ia seorang tokoh di dalam masalah seni,
Leonardo da Vinci, Affandi sang pelukis, Gibran,
atau tokoh-tokoh didalam kemanusiaan,
seperti Bunda Theresia, Mahatma Gandhi, dll.
Hanya satu manusia yang diakui maupun tidak, memiliki ketiga hal yang sama-sama menonjol, yaitu tokoh-tokoh agama seperti para Nabi, dan terutama Nabi Muhammad sebagai contoh komplet, teladan disemua bidang,
Beliaulah sebagai contoh yang AKAL PIKIRnya mentok maksimal,
AKAL KARSA-nya mentok maksimal,
AKAL RASA-nya mentok maksimal.
Melalui pengungkapan rahasia ilmu ini, dan nanti di dalam pelatihannya, kita berharap, dapat meningkatkan kemampuan diri kita dari ketiga hal tersebut.
Bagaimana kita dapat memanfaatkan anugrah Akal Pikir secara sempurna,
Baik menggunakan otak kanan, maupun otak kiri kita,
Bagaimana kita dapat memanfaatkan anugrah Akal Kehendak kita,
Pengontrolan di dalam emotion kita,
Manajemen dari rasa-rasa sedih, senang, marah, heran, dll,
Bagaimana kita dapat memanfaatkan RASA kita,
Intuisi kita, firasat-firasat kita, dll.
Tak ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan melalui kemampuan Komunikasi.
Salam
huttaqi